Minggu, 17 Januari 2016

Karya Ilmiah


Pastel Isi Buah

 

Disusun oleh :

Ananda Iqbal E.P.

Ema Mardiyanti

Inggryd Gladys

Nadia Nur Aidina Putri

Rahmat Rizqi H.

Sherly Brilliantika

 

XI IPA 1

 

SMA YADIKA 13 TAMBUN

(T.P. 2012/2013)
 
 
--------------------------------------------------------------------------------
 
 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah Subhanahuwata’ala yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyusun Karya Ilmiah Sederhana ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada panutan kita Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam, keluarga, sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman. Aamiin.

Karya Ilmiah ini ditulis dengan tujuan untuk memenuhi dan melengkapi tugas pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA YADIKA 13 Tambun. Karya Ilmiah ini kami tulis juga untuk menuangkan ide baru kami yaitu mengkreasikan pastel dengan berbagai macam isinya. Metode penulisan Karya ilmiah sederhana ini adalah dengan menggunakan metode eksperimen. Namun dalam penyusunannya, kami menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari taraf  kesempurnaan. Dalam menyelesaikan karya tulis ini, kami bisa menerima bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami sangat berterima kasih kepada yang terhormat. 1. Kepala Sekolah  Menengah Atas Drs. Marusaha Marpaung. 2. Guru mata Pelajaran Bahasa Indonesia, ibu Elsanasih Widyawati 3. Orang tua yang kami hormati dan sangat kami sayangi. 4. Sahabat-sahabat seperjuangan. Oleh karena itu dengan rendah hati kami menanti saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pembaca.

Selain ingin mengucapakan terima kasih, kami juga mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya atas segala kekurangannya baik pada penulisan maupun penyusunannya. Kami berharap Karya Ilmiah sederhana ini dapat bermanfaat.

 

Tambun, 18 April 2013

 

Penyusun







DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I.  Pendahuluan

1.1  Latar belakang

1.2  Rumusan Masalah

1.3  Tujuan penelitian

1.4  Manfaat penelitian

BAB II. Kajian Pustaka

2.1 Deskripsi

2.2 Hipotesis

BAB III. Metode Penelitian

3.1 Metode Penelitian

BAB IV. Pembahasan

4.1 Pembahasan

4.2 Bahan dan Alat

4.3 Prosedur Kerja

BAB V. Penutup

5.1  Kesimpulan

5.2  Saran

Daftar Pustaka

Lampiran
 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1 Latar Belakang

Ada banyak jenis pastel. Secara garis besar  ada tiga golongan yaitu Pastel Basah, Pastel Kering dan Pastel Tutup. Kalau pastel kering isinya adalah abon sapi, maka pastel basah memiliki banyak variasi isi. Dari isi wortel, ragout sampai soun. Kulitnya pun ada banyak jenis. Ada yang kulitnya renyah, ada juga yang lembut. Pastel tutup punya penampilan yang unik, yaitu adonan isi yang tertumpuk dalam satu pinggan, baru ditutup dengan adonan kentang, lalu dioven.

Pastel merupakan salah satu dari sekian banyak makanan camilan yang cukup banyak digemari oleh orang-orang di Indonesia. Tetapi kebanyakan pastel yang kita temui biasanya berisikan wortel dan kentang. Hal itu membuat kami sedikit bosan dengan camilan pastel. Oleh karena itu, kami termotivasi untuk mencoba membuat pastel dengan isi yang berbeda dari biasanya. Jadi, kami membuat pastel dengan isi yang berbahan dasar buah-buahan. Karena, buah-buahan itu banyak mengandung vitamin.

1.2 Rumusan Masalah

1. apakah pastel isi buah dapat menghilangkan kejenuhan orang-orang terhadap pastel yang biasanya?

2. manakah diantara pastel buah dan pastel biasa yang lebih digemari untuk dijadikan camilan orang-orang?

3. manakah yang lebih sehat antara pastel buah dan pastel biasa?

1.3 Tujuan Penelitian

1. untuk menghilangkan kejenuhan terhadap pastel yang berisi wortel dan kentang

2. mempelajari proses pembuatan pastel

3. mencoba untuk mengkreasikan isi pastel dengan buah

1.4 Manfaat Penelitian

1. dapat mengkreasikan isi pastel dengan berbagai macam buah

2. dapat mengetahui perbandingan rasa dari pastel biasa dan pastel buah

 
 
 
 
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

 

2.1 Deskripsi Penelitian

Kue pastel merupakan salah satu jajanan pasar yang cukup diminati. Seperti halnya risoles, kue pastel juga dapat diberi dengan beragam olahan isi. Mulai dari isi sayuran dengan campuran telur, sampai yang berisi buah-buahan yang dapat menyehatkan tubuh. Untuk membuat kue pastel diperlukan kreativitas. Bukan hanya membuat bahan kulit yang renyah tapi juga isi yang enak sehingga rasa pastel dapat pas di lidah.

2.2 Hipotesis

Dalam proses pembuatannya , tak semua orang mengetahui bagaimana membuat pastel yang benar memiliki kriteria sebagai makanan yang kering dan renyah . Terutama kesalahan yang terjadi dalam pencampuran bahan makanan yang pas agar terciptanya suatu makanan yang lezat . Kandungan makanan yang sesuai untuk kebutuhan tubuh pun harus ada takarannya tidak bisa berlebihan . untuk orang dewasa kebutuhan untuk kalori adalah 2000 kkal berdasarkan AKG (Angka Kecukupan Gizi). Terlebih lagi sudah banyak  berbagai jenis makanan yang bermerek ataupun tidak bermerek mengandung bahan bahan kimia yang berlebihan yang sangat tidak baik bagi tubuh seperti pemanis buatan , pewarna makanan , MSG , dan lain-lain .

Maka dari itu kami membuat Kue pastel dengan alasan bahwa tidak ada bahan kimia yang terkandung di dalam pastel baik dalam segi pembuatannya ataupun dalam segi bahan yang diperlukan untuk membuat nya . Dan meskipun tidak memiliki khasiat , pastel tetap menjadi makanan ringan yang bisa menjadi pendamping setelah nasi .

Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Kue Pastel :

Nama Bahan Makanan : Kue Pastel
Nama Lain / Alternatif : -
Banyaknya Kue Pastel yang diteliti (Food Weight) = 90 gr
Bagian Kue Pastel yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 100 %
Jumlah Kandungan Energi Kue Pastel = 208 kkal
Jumlah Kandungan Protein Kue Pastel = 5,2 gr
Jumlah Kandungan Lemak Kue Pastel = 15,4 gr
Jumlah Kandungan Karbohidrat Kue Pastel = 31,4 gr
Jumlah Kandungan Kalsium Kue Pastel = 0,02 mg
Jumlah Kandungan Fosfor Kue Pastel = 0 mg
Jumlah Kandungan Zat Besi Kue Pastel = 0,1 mg
Jumlah Kandungan Vitamin A Kue Pastel = 0 IU
Jumlah Kandungan Vitamin B1 Kue Pastel = 0 mg
Jumlah Kandungan Vitamin C Kue Pastel = 0 mg
Khasiat / Manfaat Kue Pastel : - (Belum Tersedia)
Huruf Awal Nama Bahan Makanan : K
Sumber Informasi Gizi : Berbagai publikasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia serta sumber lainnya.

 
 
 
 
BAB III

METODE PENELITIAN

 

3.1 Metode Penelitian

Pembuatan pastel isi buah ini dibuat oleh kami dalam dua kali percobaan. Percobaan pertama dilakukan pada hari Minggu, 28 April 2013. Percobaan ini dilakukan untuk mengolah bahan-bahan menjadi adonan. Lalu, percobaan kedua dilakukan pada hari Minggu, 5 Mei 2013. Pada percobaan ini, kami mengolah adonan yang telah ada menjadi pastel yang siap untuk dimakan.

Metode eksperimen/percobaan adalah metode yang dipergunakan oleh penyelidik terhadap obyeknya dengan jalan mengadakan eksperimen-eksperimen. Digunakannya metode eksperimen, jika penyelidik ingin menemukan kebenaran atas pendapat-pendapat orang lain tentang sesuatu.

Setiap kegiatan eksperimen harus dilakukan secara sistemik dan sistematis dimulai dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan, kajian hasil, dan laporan. Metode eksperimen dapat dilakukan secara perorangan atau kelompok di dalam kelas, di luar kelas, atau di laboratorium. Dalam pelaksanaannya, metode eksperimen biasanya digunakan secara bersamaan dengan metode demonstrasi.

Karakteristik metode eksperimen

  • Menuntut adanya peralatan/alat bantu percobaan
  • Mengutamakan aktivitas siswa
  • Guru cenderung lebih banyak sebagai pembimbing dan fasilisator
  • Siswa memperoleh kemampuan sikap ilmiah

Keunggulan metode eksperimen:

  • Mendorong rasa keingintahuan siswa
  • Siswa terbiasa bekerja secara mandiri atau kelompok
  • Siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya
  • Membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan dengan penemuan baru
  • Melatih siswa bekerja ilmiah.

Kelemahan metode eksperimen:

  • Lebih sesuai untuk mata pelajaran sains
  • Memerlukan peralatan/bahan dan biaya
  • Menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan
  • Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan
  • Memerlukan waktu yang relatif lama
  • Hanya sedikit sekolah yang memiliki fasilitas eksperimen
  • Banyak guru dan siswa yang belum terbiasa dengan metode ini

 
 
 
 
BAB IV

PEMBAHASAN

 

4.1. Pembahasan

Berbagai jenis makanan dan jajanan semakin banyak ditemui di lingkungan, baik jenis makanan kecil dan makanan besar. Salah satunya adalah pastel. Pastel adalah semacam pastri yang dibuat dengan meletakkan isian di atas adonan, lalu dilipat dan ditutup rapat. Pastel dapat terasa manis atau gurih tergantung dari isinya. Pastel dapat menjadi makanan yang mudah dibawa-bawa, sama seperti sandwich. Walau pastel adalah produk tradisional, ternyata sampai sekarang pun tidak pernah dilupakan orang. Menjadi penganan di kala lapar, jadi teman minum teh manis di kala sore.


Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Kue Pastel :

Nama Bahan Makanan : Kue Pastel
Nama Lain / Alternatif : -
Banyaknya Kue Pastel yang diteliti (Food Weight) = 90 gr
Bagian Kue Pastel yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 100 %
Jumlah Kandungan Energi Kue Pastel = 208 kkal
Jumlah Kandungan Protein Kue Pastel = 5,2 gr
Jumlah Kandungan Lemak Kue Pastel = 15,4 gr
Jumlah Kandungan Karbohidrat Kue Pastel = 31,4 gr
Jumlah Kandungan Kalsium Kue Pastel = 0,02 mg
Jumlah Kandungan Fosfor Kue Pastel = 0 mg
Jumlah Kandungan Zat Besi Kue Pastel = 0,1 mg
Jumlah Kandungan Vitamin A Kue Pastel = 0 IU
Jumlah Kandungan Vitamin B1 Kue Pastel = 0 mg
Jumlah Kandungan Vitamin C Kue Pastel = 0 mg
Khasiat / Manfaat Kue Pastel : - (Belum Tersedia)
Huruf Awal Nama Bahan Makanan : K
Sumber Informasi Gizi : Berbagai publikasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia serta sumber lainnya.
 

4.2. Alat dan Bahan

Bahan :
- Tepung terigu protein sedang 250 gram
- Gula halus 50 gram
- Margarin 75 gram
- Air es secukupnya

Bahan isi :
- Pisang 6 buah, potong balok
- Meses coklat 50 gram
- Keju 100 gram, potong
balok kecil atau parut

Alat :

·         Sendok dan garpu

·         Mangkok

·         Wadah adonan  (Baskom)

·         Alat penggiling

·         Wajan penggorengan

 

4.3. Prosedur kerja

1. Campur terigu, gula halus dan margarin, aduk hingga berbutir. Tuang air es sedikit-sedikit hingga adonan kalis.
2. Tipiskan adonan hingga setebal 2-3 mm, potong kotak berukuran 1 x 1 cm.
3. Letakkan 1-2 sdm campuran isi ditengah kulit, tekuk hingga adonan isi tertutup.
4. Tekan tepian kulit dengan garpu
5. Letakkan adonan dalam wajan penggorengan, goreng hingga kuning kecoklatan dan matang. Sajikan.


 

BAB V

PENUTUP

 

5.1 Kesimpulan

Pastel merupakan makanan ringan yang banyak digemari oleh setiap lapisan masyarakat di Indonesia namun masih banyak mengandung zat zat yang tidak diinginkan seperti pengawet makanan, pewarna makanan, MSG dan sebagainya. Penggunaan pastel sebagai makanan asupan selama diet merupakan hal yang tidak memungkinkan karena kandungan kalori yang dimiliki begitu tinggi. Dengan adanya pastel dengan isi buah ini , kita dapat meminimalkan penggunaan kalori yang ada dalam kandungan pastel sehingga pastel ini dapat dijadikan asupan makanan selama diet. Kandungan gizi yang dimiliki buah tentu lebih tinggi dengan kalori sedikit dibandingkan daging atau bahan makanan lainnya.

5.2 Saran

Dalam proses pembuatannya gunakanlah panas yang sedang agar tidak merusak vitamin pada buah sehingga dapat meminimalkan kadar kalori di dalam pastel tersebut sehingga bisa digunakan sebagai asupan makanan selama menjalankan program diet. kombinasi yang digunakan dalam isi pastel dengan buah adalah cocok karena pemanfaatan kalori yang sesuai dengan AKG. Dan juga gunakanlah buah yang sudah siap dimakan agar kandungan gizi yang kita dapatkan untuk tubuh lebih optimal .

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Gunadi, Tateng dan Erfi Firmansyah. 2008. Bahasa Indonesia. Depok: Arya Duta.

http://resepmasakanlengkap.blogspot.com/2011/01/pastel-isi-pisang-coklat.html

http://tentangkamiwanita.wordpress.com/2012/12/07/pastel-isi-bihun/

 

English Article


THE WAYS TO TREAT INSOMNIA

Ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Inggris



 
 
 

Disusun oleh :

Nadia Nur Aidina Putri (3115152314)

Rini Setyaningrum (3115154730)

Pendidikan Matematika C

Universitas Negeri Jakarta

2015
 

------------------------------------------------------------------------------------------------------------
 
 

THE WAYS TO TREAT INSOMNIA

 

According to a survey by the National Sleep Association, 22% of US people say their experience insomnia every or almost every night. And in Indonesia today, according to our result survey with other people around us, we got a result that 7 from 10 people had insomnia symptoms. Because there are many people who had insomnia, therefore, we will discuss about insomnia problems and its treatment.
Insomnia can describe as difficulty falling asleep or difficulty staying asleep (often waking up in the night). Insomnia includes a wide range of sleeping disorders, from lack of quality of sleep to lack of quantity of sleep. Insomnia in generally separated into three types: transient insomnia, acute insomnia, and chronic insomnia. Transient insomnia occurs when symptoms lasts from a few days to some weeks. Acute insomnia (also called short-term insomnia. Symptoms persist for several weeks. Chronic insomnia, this type lasts for at least months, and sometimes years.
According to guidelines from a physician group, people with insomnia have one or more of the following symptoms: such as difficulty falling asleep, difficulty staying asleep (waking up during the night and having trouble returning to sleep), waking up too early in the morning, fatigue or low energy, cognitive impairment (such as difficulty concentrating), mood disturbance (such as irritability), behavior problems (such as feeling impulsive, and aggression), difficulty at work or school, and difficulty in personal relationship. 
Insomnia can commonly caused by: drink too much cafein or alcohol, disruptions in circadian rhythm (such as jet lag, job shift changes, noisiness, hotness or coldness), psychological issues (people with mood disorders, such as bipolar disorder or depression), medical conditions (such as brain lesions and tumors, stroke, chronic pain, chronic fatigue syndrome, congestive heart failure, arthritis, etc.), hormones (such as estrogen, hormone shifts during menstruation), and the last it caused by media technology in the bedroom. Researchers from the University of Helsinki, Finland, reported in the journal BMC Public Health that media technology in the bedroom disrupts sleep patterns in children. They found  that children with TVs, computers, video games, DVD players and mobile phones in their bedrooms slept considerably less than kids without these devices in their bedrooms.  
According to Dr. Suci Dwi Putri, the negative impact that caused by insomnia are: the immunity becomes weak, the desire to eat fatty foods increases, vulnerable to diabetes, increased stress, trigger anxiety, looks older, various pain can arise, and higher cancer risk.
There are various ways to medicate insomnia, such as medical treatments, light therapy, cognitive behavioral therapy, and consume certain food.
1.      Medical (with medicines) treatments for insomnia, include :
Benzodiazepines, according to The Food and Drug Administration, these medications are prescription sleeping pills, which are older and have a higher potential for dependency. Benzodiazepines are generally recommended for short-term use because tolerance and dependence can develop. In addition, some medications in this class can produce a “hangover” or grogginess the next day. Ramelteon is another sleep medication. It has a very different mechanism of action. It affects the melatonin receptor in the brain. And another sleep medications are Antidepressants, Antihistamines, Melatonin, Valerian Officinalis.

2.      Light therapy
Light therapy can be helpful for people with insomnia. In light therapy, you sit near a special light box for a certain amount of time each day. The light from this box mimics outdoor light (which is important for regulating your body’s sleeping and waking cycles). Exposure to this bright light helps to adjust your circadian rhythm. Light therapy is designed to use visible light, while filtering out ultraviolet rays. The most effective light therapy is consistent and properly timed, that usually means integrating light therapy sessions into your daily life. You can read, use a computer, write, talk, or do other activities while sitting in front of your light box. But, it’s best to use light therapy under the supervision of a doctor, or therapist.

3.      Cognitive Behavioral Therapy
Cognitive Behavioral Therapy for Insomnia, often called CBT-I, is an approved method for treating insomnia without the use of sleeping pills. CBT-I have some aspects, such as Sleep Restriction Therapy, Stimulus Control Instructions, Sleep Hygiene Educations, and Sleep Prevention.
CBT-I is aimed at changing sleep habits and scheduling factors, as well as misconceptions about sleep and insomnia, that perpetuate sleep difficulties. In fact, the recent National Institute of Health concluded that CBT-I is a safe and effective means of managing chronic insomnia and its effects. CBT-I is often weekly, visits to a clinician, who will give you a series of sleep assessments, ask you to complete a sleep diary and work with you in sessions to help you change the way you sleep. This is called Sleep Restriction Therapy, and it is one of the primary components of CBT-I.
Another aspect of CBT-I is called Stimulus Control Instructions. Stimulus Control Instructions are created by looking at the patient’s sleep habits and pinpointing different actions that may be prohibiting sleep.
Next, Sleep Hygiene Education, a customized list of things you should and shouldn’t do, in order to sleep. It often includes sleeping in a cool, dark room and avoiding caffeine, alcohol and tobacco before bedtime.
And the last, Relapse Prevention, is an important element of cognitive behavioral therapy. The patient needs to learn how to maintain what they’ve learned and prepare for the possibility of a future flare up.

4.      Consume certain food

Furthermore, besides CBT-I, light therapy, and medical treatments, you can medicate insomnia with certain food. First, any food which contain calcium and tryptophan, such as milk, cheese, meat, and fish. Second, any food which contain magnesium, such as red rice, almond. Third, any food which contain complex carbohydrates, such as whole wheat and cereals. And the last, consume some bananas also can help you to sleep.
 

 
 

 


 

References :

1.      www.amazine.co



4.      www.klikdokter.com


Makalah Masalah Pemerataan Pendidikan

MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN
Ditulis untuk memenuhi tugas Landasan Ilmu Pendidikan
 
 
 
 
 
 
 
Disusun Oleh
Nadia Nur Aidina Putri
Pendidikan Matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Jakarta 2015
 
 
 
 
 
 
 
 
 
BAB I
PENDAHULUAN
 
 
1.1. Latar Belakang
Era global ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan industri, kompetisi yang ofensif dalam semua aspek kehidupan ekonomi, serta perubahan kebutuhan yang cepat didorong oleh kemajuan ilmu dan teknologi. Untuk memenuhi perkembangan ilmu dan teknologi, diperlukan SDM yang berkualitas. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia perlu ditingkatkan hingga ke pelosok negeri. Mereka yang paling memerlukan layanan pendidikan dalam mengantisipasi persaingan global di samping penyandang buta huruf adalah masyarakat miskin di tempat tempat yang jauh dan tersebar. Guna mengatasi hal yang tidak mungkin diselenggarakan pendidikan konvensional atau tatap muka ini perlu ditempuh strategi yang memanfaatkan potensi dan kemajuan teknologi baru. Pembangunan pendidikan merupakan salah satu prioritas utama dalam agenda pembangunan nasional. Pembangunan pendidikan sangat penting karena perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang kehidupan: sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Karena itu, Pemerintah berkewajiban untuk memenuhi hak setiap warga negara dalam memperoleh layanan pendidikan guna meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945, yang mewajibkan Pemerintah bertanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan menciptakan kesejahteraan umum. Kurang meratanya pendidikan di Indonesia menjadi suatu masalah klasik yang hingga kini belum ada langkahlangkah strategis dari pemerintan untuk menanganinya.
 
 
1.2. Rumusan masalah
1. Bagaimana kondisi pemerataan pendidikan di Indonesia?
2. Bagaimana upaya pemerintah dalam melakukan pemerataan pendidikan di Indonesia?
 
 
1.3. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi pemerataan pendidikan di Indonesia.
2. Untuk mengetahui bagaimana upaya pemerintah dalam melakukan pemerataan pendidikan di Indonesia.
 
 
1.4. Manfaat penulisan
1. Dapat mengetahui bagaimana kondisi pemerataan pendidikan di Indonesia.
2. Dapat mengetahui bagaimana upaya pemerintah dalam melakukan pemerataan pendidikan di Indonesia.
 
 
 
 
 
 
BAB II
PEMBAHASAN
 
 
2.1. Pengertian pemerataan pendidikan
Pemerataan pendidikan dalam arti pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan telah lama menjadi masalah yang mendapat perhatian, terutama di negara-negara sedang berkembang. Hal ini tidak terlepas dari makin tumbuhnya kesadaran bahwa pendidikan mempunyai peran berkembangnya demokratisasi pendidikan dengan semboyan education for all. Pemerataan pendidikan mencakup dua aspek penting yaitu Equality dan Equity. Equality atau persamaan mengandungn arti persamaan kesempatan untuk memperoleh pendidikan , sedangkan Equity bermakna keadilan dalam memperoleh kesempatan pendidikan yang sama diantara berbagai kelompok dalam masyarakat. Akses terhadap pendidikan yang merata berarti semua penduduk usia sekolah telah memperoleh kesempatan pendidikan, sementara itu akses terhadap pendidikan telah adil jika antar kelompok bisa menikmati pendidikan secara sama. Coleman dalam bukunya Equality of educational opportunity mengemukakan secara konsepsional konsep pemerataan yakni : pemerataan aktif dan pemerataan pasif. Pemerataan pasif adalah pemerataan yang lebih menekankan pada kesamaan memperoleh kesempatan untuk mendaftar di sekolah, sedangkan pemerataan aktif bermakna kesamaan dalam member kesempatan kepada murid-murid terdaftar agar memperoleh hasil belajar setinggi-tingginya (Ace Suryadi , 1993 : 31). Dalam pemahaman seperti ini pemerataan pendidikan mempunyai makna yang luas tidak hanya persamaan dalam memperoleh kesempatan pendidikan, tapi juga setelah menjadi siswa harus diperlakukan sama guna memperoleh pendidikan dan mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk dapat berwujud secara optimal.
 
 
2.2. Kondisi pemerataan pendidikan di Indonesia
Di Indonesia, yang paling memerlukan pendidikan adalah mereka yang berada di daerah miskin dan terpencil. Untuk mengatasi kebutuhan pendidikan bagi mereka adalah upaya penerapan cara non konvensional. Cara lain itu adalah memanfaatkan potensi, kemajuan serta keluwesan teknologi baru. Saat ini kondisi pendidikan di Indonesia masih belum merata. Misalnya saja di kota-kota besar sarana dan prasarana pendidikan disana sudah sangat maju. Sedangkan di desa-desa hanya mengandalkan sarana dan prasarana seadanya. Bukan hanya masyarakat di desa saja yang masih tertinggal pendidikannya. Daerah-daerah di Indonesia timur bukan hanya sarana dan prasarana yang kurang tapi juga kurangnya tenaga pengajar sehingga sekolah-sekolah disana masih membutuhkan guru-guru dari daerah-daerah lain. Pemerataan pendidikan masyarakat miskin dan terpencil di Indonesia, dapat dibagi menjadi pemerataan pendidikan formal dan pemerataan pendidikan non formal.
 
A. Pemerataan Pendidikan Formal
Pada jenjang pendidikan formal, secara umum perluasan akses dan peningkatan pemerataan pendidikan masih menjadi masalah utama, terutama bagi masyarakat miskin maupun masyarakat di daerah terpencil. Pemerataan pendidikan formal terdiri dari pemerataan pendidikan di tingkat prasekolah, sekolah dasar, menengah, perguruan tinggi. Pendidikan prasekolah merupakan pendidikan pada anak usia dini. Seperti playgroup, tk, dan lain-lain. Hal ini sangat berbeda antara warga di wilayah perkotaan dan pedesaan. Di perkotaan hamper semua anak-anak usia 3-5 tahun telah menerima pendidikan prasekolah, lain halnya dengan anak-anak di pedesaan. Di desa atau wilayah terpencil masih sangat jarang sekolah-sekolah untuk anak dibawah usia 7 tahun. Sehingga pendidikan prasekolah belum merata di Indonesia. Pendidikan sekolah dasar memang sudah cukup dirasakan pemerataannya di berbagai daerah, hal ini sejalan dengan program wajib belajar 9 tahun. Namun wajib belajar 9 tahun pun dirasa belum cukup untuk anak-anak saat ini mengingat kebutuhan pendidikan yang tinggi untuk anak-anak di masa ini. Pada pendidikan menengah, saat ini banyak bermunculan sekolah-sekolah unggul. Dalam pelaksanaannya model sekolah ini hanya diperuntukkan untuk kalangan elit, dan berduit yang ingin mempertahankan eksistensinya sebagai kalangan atas. Pendidikan tinggi persoalannya menyangkut pemerataan kesempatan dalam memperoleh pendidikan tinggi bagi warga negara dalam kelompok usia 19-24 tahun. Biaya yang diperlukan untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi memang sangat besar, sehingga hanya anak-anak yang berasal dari keluarga mampu saja yang memperoleh kesempatan mengenyam pendidikan tinggi.
 
B. Pemerataan Pendidikan Nonformal
Di samping menghadapi permasalahan dalam meningkatkan akses dan pemerataan pendidikan di jalur formal, pembangunan pendidikan juga menghadapi permasalahan dalam peningkatan akses dan pemerataan pendidikan non formal. Pada jalur pendidikan non formal juga menghadapi permasalahan dalam hal perluasan dan pemerataan akses pendidikan bagi setiap warga masyarakat. Sampai dengan tahun 2011, pendidikan non formal yang berfungsi baik sebagai transisi dari dunia sekolah ke dunia kerja maupun sebagai bentuk pendidikan sepanjang hayat belum dapat diakses secara luas oleh masyarakat. Apalagi pendidikan non formal, pada umumnya membutuhkan biaya yang cukup mahal sehingga tidak dapat terangkau oleh masyarakat menengah ke bawah.
 
 
2.3. Upaya Pemerintah dalam Melakukan Pemerataan Pendidikan Di Indonesia.
Untuk meningkatkan kualitas dan pemerataan pendidikan berbagai langkah akan diambil seperti peningkatan jumlah anak yang ikut merasakan pendidikan, akses terhadap pendidikan ini dihitung berdasarkan angka partisipasi mulai tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Umum.
 
1. Wajib belajar
Pendidikan dasar merupakan pendidikan massa yang diwajibkan diikuti oleh setiap warga negara dalam kelompok usia tertentu. Pendidikan dasar tidak sama dengan sekolah dasar . Sekolah Dasar merupakan salah satu jenjang pendidikan yang berlangsung selama 6 tahun. Sedangkan pendidikan dasar adalah pendidikan minimum yang wajib diikuti oleh setiap warga negara sebagai upaya memenuhi kebutuhan hidup layak sebagai warga negara dan harga diri suatu bangsa.Wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun menunjukan bahwa peserta didik dalam usia pendidikan dasar harus dapat menyelesaikan pendidikan dasarnya tanpa terputus selama sembilan tahun, yaitu enam tahun di tingkat SD dan tiga tahun di tingkat SLTP. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dananggota umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan selanjutnya.
 
2. Bidang Teknologi
Kemajuan teknologi menawarakan solusi untuk menyediakan akses pendidikan dan pemerataan pendidikan kepada masyarakat belajar yang tinggal di daerah terpencil. Pendidikan harus dapat memenuhi kebutuhan belajar orang-orang yang kurang beruntung ini secara ekonomi ketimbang menyediakan akses yang tak terjangkau oleh daya beli mereka. Televisi saat ini digunakan sebagai sarana pemerataan pendidikan di Indonesia karena fungsinya yang dapat menginformasikan suatu pesan dari satu daerah ke daerah lain dalam waktu yang bersamaan. Siaran Radio Pendidikan untuk Murid Sekolah Dasar (SRPM-SD) adalah suatu sistem atau model pemanfaatan program media audio interaktif untuk siswa SD yang dikembangkan oleh Pustekkom sejak tahun 1991/1992.
 
 
 
 
 
 
 
BAB III
PENUTUP
 
 
3.1. Kesimpulan
Pendidikan di Indonesia belum tersebar secara merata. Saat ini, masih banyak anak-anak yang belum memperoleh pendidikan yang layak khususnya mereka yang tinggal di daerah terpencil. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, namun tetap saja masih belum terlaksana secara optimal. Dan menurut saya, pemerintah seharusnya lebih meningkatkan lagi upaya untuk memberikan pendidikan yang merata kepada semua warganya, tanpa terkecuali. Seperti meningkatkan fasilitas sarana dan prasarana yang sangat penting untuk menunjang pendidikan, penyaluran guru-guru ke desa terpencil, juga selain itu semua pihak harus turun tangan langsung, selain pengiriman guru-guru dan barang-barang untuk menunjang pendidikan, tetapi harus ada pihak yang memberikan arahan kepada masyarakat baik orang tua dan anak-anak betapa pentingnya memperoleh pendidikan. Karena tidak semua masyarakat menyadari arti dari pendidikan.
 
3.2. Saran
Pemerintah sebaiknya lebih giat meningkatkan pemberian pendidikan kepada seluruh warganya agar pendidikan di Indonesia bisa tersebar secara merata dan memberikan pengawasan yang lebih terhadap penyaluran bantuan yang diberikan untuk masyarakat miskin agar bantuan tersebut bisa tepat sasaran.
 
 
 
 
 
 
DAFTAR PUSTAKA
 
Dosen MKDK. 2013. Landasan Ilmu Pendidikan. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Aprilia, Asti. 2014. Kurangnya Pemerataan Pendidikan Indonesia. (http://m.kompasiana.com/) diakses 31 Oktober 2015.
Pieterz, Raymond. 2012. Pengertian Pemerataan Pendidikan. (http://raymondpieterz.blogspot.co.id/) diakses 31 Oktober 2015.
Argorekmo. 2013. Pemerataan Pendidikan. (https://argorekmomenoreh.wordpress.com/) diakses 31 Oktober 2015.
Eka, R. 2007. Kondisi Pemerataan Pendidikan di Indonesia (http://edu-articles.com) diakses 31 Oktober 2015.